Cari Blog Ini

Kamis, 19 Juni 2014

MAZHAB-MADZHAB FIQH yang TELAH PUNAH dan yang GHOIRU MU’TABAROH

Daftar Isi
Halaman Judul ................................................................................................................  i
Kata Pengantar ...............................................................................................................  ii
Daftar Isi .........................................................................................................................  iii
Bab    I   : Pendahuluan
A.    Latar Belakang......................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah ...................................................................................  2
C.     Tujuan .....................................................................................................  2
Bab    II  : Pembahasan
A.    Pengertian Madzhab Fiqh yang Ghoiru Mu’tabaroh ..............................  3
B.     Madzhab-Madzhab Yang telah Punah.................................................... 3
1.      Madzhab Al  Auza’i .........................................................................  4
2.      Madzhab Ats Tsauri ..........................................................................  4
3.      Madzhab Al- Laitsi ...........................................................................  4
4.      Madzhab Dhahiri ..............................................................................  5
5.      Madzhab Ath Thabari .......................................................................  6
C.     Faktor-Faktor yang Menyebabkan Madzhab Punah................................ 6
1.      Madzhab Al  Auza’i .........................................................................  6
2.      Madzhab Ats Tsauri ..........................................................................  7
3.      Madzhab Al- Laitsi ...........................................................................  7
4.      Madzhab Dhahiri ..............................................................................  8
5.      Madzhab Ath Thabari .......................................................................  8
Bab    III : Penutup
A.    Kesimpulan .............................................................................................  9
B.     Kritik dan Saran....................................................................................... 9

Daftar Pustaka ................................................................................................................  10

Bab   I
Pendahuluan 
A.     Latar Belakang
Perkembangan hukum Islam setelah Rasulullah SAW wafat berkambang begitu pesat. Hal itu dikarenakan pola pikir umat Islam dalam berpendapat tentang hukum berbeda-beda. Umat islam mengalami dilematis dalam menetapkan hukum setelah Rasulullah wafat, karena begitu banyak ma-salah-masalah hukum baru yang muncul yang belum ada nashnya dalam Alquran dan Hadis. Dengan demikian mun-cullah berbagai pendapat mengenai hukum tentang suatu hal. Dalam islam hal seperti ini dibolehkan dengan syarat harus dimusyawarahkan dengan ulama-ulama yang lain atau de-ngan kata lain berijtihad. Jika kita tidak mampu berijtihad dikarenakan keterbatasan pengetahuan kita, makakita harus mengikuti ijtihad dari salah seorang mujtahid yang ia per-cayai. Hali ini sejalan dengan firman Allah dalam surat An-Nahlayat 42, yang artinya “ bertanyalah dari ahli zikir/ ulama jika kamu tidak mengerti”. Dari situlah muncul hukum-hu-kum islam dari hasil ijtihad para ulama, yang mana lahirlah yang disebut mazhab.
Dari penjelasan di atas, kami akan membahas lebih lanjut mengenai mazhab-mazhab fiqih yang telah punah. Yang ma-na ruang lingkupnya meliputi : pengertian mazhab fiqih, dan mazhab-mazhab fiqih yang sudah punah. Itu lah bebe-rapa subpokok bahasan yang akan dibahas dalam makalah ini. Selanjutkan diharapkan dengan pembahasan tersebut dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita terutama me-ngenai mazhab-mazhab fiqih yang masih dalam ruang ling-kup perkembangan hukum islam.
Dalam pembahasan makalah ini tentulah jauh dari kata sempurna. Itu dikarenakan keterbatasam kami dalam menge-tahui mmazhab-mazhab, yang mana kami hanya berpedoman pada beberapa referensi saja. Oleh karena itu mohon koreksi dari berbagai pihak agar makalah ini dapat lebih baik.
B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang kami pakai adalah:
1.      Apa Yang Dimaksud dengan Madzab Fiqh Ghoiru Mu’tabaroh (Madzhab yang Telah Punah)?
2.      Mazhab-Mazhab Fiqih Siapa Saja yang Sudah Punah?
3.      Apa Faktor yang Menyebabkan Madzhab Punah?
C.     Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1.      Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Fiqh.
2.      Mengetahui apa yang dimaksud dengan madzhab fiqh yang ghoiru mu’tabaroh.
3.      Mengetahui madzhab siapa saja yang telah punah.
4.      Mengetahui apa factor  yang menyebabkan madzhab fiqh punah. 
Bab   II
Pembahasan
A.    Pengertian Madzhab Fiqh yang Ghoiru Mu’tabaroh
Pengertian madzhab fiqh yang Ghoiru Mu’tabaroh atau madzhab yang telah punah menurut ulama fiqh adalah mazhab tersebut tidak memiliki tokoh dan pengikut yang fanatik, sekalipun ada sebagian pendapat mazhab tersebut dianut sebagian ulama atau masyarakat, hal tersebut hanya merupakan salah satu pendapat yang menjadi alternatif untuk menjawab kasus tertentu. Selain itu, mazhab tersebut dinyatakan punah karena pendapatnya tidak dibukukan sehingga tidak terpublikasikan secara luas, sehingga pengikutnya pun tidak ada.[1]

B.     Madzhab-Madzhab Yang telah Punah
Madzhab-madzhab sunni yang telah lenyap cukup banyak jumlahnya . diantara pemuka-pemuka madzhab yang telah hilang  adalah:
1.      Ibrahim ibn Khalid yang terkenal dengan nama Abu Tsaur
2.      Abdullah ibn Syubrumah (wafat pada  tahun 144 H)
3.      Muhammad ibn Abdir Rahman ibn Abi Laila (wafat pada tahun 148 H)
4.      Al Auza’I alDimasyqi (wafat pada  tahun 157 H)
5.      Sufyan ats Tsauri (wafat pada  tahun 161 H)
6.      Al Laits ibn Sa’ad (wafat pada  tahun 175 H)
7.      Syuraih an Nakha’I (wafat pada  tahun 177 H)
8.      Sufyan ibn Uyainah (wafat pada  tahun 198 H)
9.      Ishaq ibn Rahawin (wafat pada  tahun 238 H)
10.  Daud ibn Ali (wafat pada  tahun 270 H)
11.  Ibnul Jarir ath Thabari (wafat pada  tahun 310 H)[2]
Berikut penjelasan tentang sejarah dari beberapa pe-muka mazhab ter-sebut.
1.      Madzhab Al  Auza’i
      Madzhab ini didirikan oleh Al Imam Abu Amer Abdur Rahman ibn Muhammad  Al Auza’I  Ad Dimasyqi. Beliau di-lahirkan di Ba’la Bakka pada tahun 88 H. Pada akhir umurnya beliau berdiam di Bairut, dan wafat disana pada tahun 157 H. 
Beliau adalah seorang imam yang tidak menyukai qiyas seorang pemuka hadist , dan digolongkan ke madrasah  Ahli Hadist.[3]
Penduduk Syiria  pada mula-mulanya bermadzhab dengan madzhab auza’i pendapat-pendapat beliau dapat kita jumpai dalam kitab-kitab khilaf. Kemudian madzhab Auza’i pindah ke Andalusia bersama orang-orang yang memasukinya de-ngan pengikut Bani Umaiyyah kemudian madzhab ini surut dihadapan Mazhab Maliki dan Syafi’i di Andalusia pada pertengahan abad 3 H .[4]
2.   Madzhab Ats Tsauri
      Madzhab ini didirikan oleh Abu Abdillah Sufyan Ibn Sa’ad Ats Tsauri Al Kufi wafat pada tahun 161 H. beliau diakui oleh para  ulama sebagai mujtahid mutlaq. Hanya beliau tidak  mendapat  pengikut  yang  banyak  dan  mazhab-nyapun punah. [5]
3.      Madzhab Al Laitsi
Pembangun madzhab ini adalah Abu Al harits Al Laitsi bin Sa’ad Al Fahmy, wafat pada tahun 174 H. Beliau terkenal sebagai ahli fiqh Mesir. Al-Syafi’i mengakui bahwa al-Laits ini lebih pandai dalam soal fiqh pada malik. Akan tetapi pengikut-pengikutnya tidak bersungguh-sungguh mengembang-kan madzhabnya sehingga lenyap. Madzhab al-Laits lenyap pada pertengahan abad ke-3 H.[6]
4.      Madzhab Dhahiri
Pendiri madzhab ini adalah Abu Sulaiman Al Asfahani Adh Dhahiri, yang kemudian dikenal dengan nama Dawud bin Ali. Beliau  dilahirkan di Kufah tahun 202 H dan wafat di Baghdad tahun 270.
Mula-mula beliau bermazhab Syafi’i dan amat teguh me-megang hadist. Sedangkan ayahnya bermazhab Hanafi, na-mun pada akhirnya beliau menentang mazhab Syafi’i, karena mazhab Syafi’i mempergunakan qiyas dan meman-dangnya sebagai sumber hukum. Daud pernah berkata; “Saya telah mempelajari dalil-dalil yang dipergunakan oleh asy-Syafi’i untuk menentang istihsan, maka saya dapati bahwa dalil-dalil tersebut membatalkan qiyas.”[7]
Beliau berpendapat, bahwa nash-nash yang dipergunakan oleh alur Ra’yu dalam memandang qiyas sebagai dasar hukum, adalah berguna di waktu tidak ada sesuatu nash dari Kitabullah  atau Sunnah Rosul dan beliau berpendapat, bahwa apabila kita tidak memperoleh nash dari al-Qur’an dan Sunnah, maka hendaklah kita memusyawarahkan hal itu dengan para ulama, bukan kita berpegang kepada pendapat ijtihad sendiri.[8]
Adapun dasar dari mazhab Dharini adalah:
1)      Al-Qur’an dan Sunnah
2)      Ijma’ para sahabat
3)      Qiyas [9]
Di antara para ulama besar yang membela dan mem-pertahankan madzhab ini adalah Abu Muhammad Ali ibn Hazm Al Andalusi, wafat pada tahun 456 H. Beliau inilah yang telah membukukan madzhab Dhahiri dan telah menulis beberapa buku besar baik dalam bidang Ushul maupun dalam bidang furu’.
Dalam bidang ushul beliau menulis kitab Ushul Ihkam Li Ushulil Ahkam sedang dalam bidang fiqh beliau menulis Al-Muhalla. Kedua kitab ini tinggi nilainya,[10]
5.      Madzhab Ath Thabari
Pembangun madzhab ini adalah Abu Ja’far Muhammad ibn Jarir Ath Thabari. Beliau dilahirkan dalam tahun 224 H., wafat di Baghdad dalam tahun 310 H.
Beliau terkenal sebagai seorang mujtahid, ahli sejarah dan ahli Tafsir. Mula-mulanya beliau mempelajari fiqh Asy Syafi’i dan Malik serta fiqh Ulama Kufah, kemudian mem-bentuk madzhab sendiri yang berkembang di Baghdad. Di an-tara pengikutnya, adalah Abul Farj An Nahrawani. Madzhab-nya lenyap pada pertengahan abad ke-5 H.
Walaupun beliau ini tidak dapat meninggalkan madzhab-nya yang berkembang namun telah dapat meninggalkan kitab- kitab yang menjadi pegangan seluruh ulama. Diantaranya Tarikh Ath Thabari, Tafsir Ath Thabari dan Ikhtilaful Fuqaha’.
Diantara pendapat beliau adalah membolehkan wanita menjadi hakim.[11]

C.    Faktor-Faktor yang Menyebabkan Madzhab Punah
Adapun factor-faktor penyebab musnahnya madzhab fiqh yaitu: 
1)      Madzhab Al  Auza’i
Madzhab Auza’i menjadi yang utama di Syiriah hingga abad ke 10, yaitu ketika Abu Zar’ah Muhamad bin Usman dari madzhab Syafi’i diangkat sebagai hakim di Damaskus. Abu Zar’ah senantiasa memberikan hadiah uang tunai sebesar 100 dinar bagi siapa pun yang sanggup menghafal buku Mukhtasr Al-Muzammi, (buku pokok fiqh Syafi’i). Secara alamiah, praktek ini menyebabkan madzhab Syafi’i tersebar luar secara cepat di Syiria dan jumlah para pengikut madzhab ini secara perlahan trus berkurang hingga abad ke-11 ketika tidak seorangpun yang mengatut madzhab ini.[12]

2)      Madzhab Ats Tsauri
Dua factor utama yang menyebaabkan punahnya madzhab Tsauri yaitu:
a)      Imam Sufyan ats-Tsauri menghabiskan sebagian besar hidupnya dalam persembunyian sehingga tidak bisa me-narik sejumlah besar murit-murit yang mungkin bisa me-nyebarkan pendapatnya.
b)      Meskipun imam Tsauri mampu menyelesaikan beberapa kompilasi hadist secara memadai beserta interpretasinya atas kehendaknya sendiri ia meminta kepada murid uta-manya, Ammar bin Saif, agar menghapus semua tulisan-nya dan membakar semua tulisan yang tidak bisa di hapus.[13]
3)      Madzhab Al Laitsi
Madzhab Al Laits punah setelah ia meninggal pada tahun 791 M karena factor-faktor sebagai berikut:
a)      Imam al-Laits tidak mencatat, menyusun, atau mengan-jurkan kepada para pengikutnya untuk mencatat pendapat-pendapatnya tentang hukum beserta dalil-dalilnya yang sesuai dengan penafsiran terhadap al-Qur’an, Sunnah dan pendapat para sahabat.
b)      Jumlah murid Imam Laits sangat sedikit dan tidak seorang pun yang menjadi ahli fiqh terkemuka, dan karena tidak satu pun dari mereka yang menjadi ahli fiqh.
c)      Imam Syafi’i, salah satu dari sekian ulama besar fiqh, berdiam di Mesir segera sesudah wafatnya Imam Al Laits dan mazhabnya secara cepat menggantikan mazhab Laitsi.[14]
4)      Madzhab Dhahiri
Pada abad ke-5 Madzhab Ahmad mempunyai kedudukan yang kuat dan mengalahkan madzhab Dhahiri. Pada masa sinar cahaya madzhab ini pudar di sebelah Timur, pada masa itulah dia bersinar kuat di Andalusia, di pancarkan oleh Ibn Hazm. Jadi sewaktu madzhab Hambali dengan usaha Abu Ya’la mengalahkan madzhab Daud di bagian Timur, pada waktu itu pulahlah Ibn Hazm memancarkan sinarnya di bagian barat.[15]

5)      Madzhab Ath Thabari
Beliau ini tidak dapat meninggalkan madzhabnya yang berkembang namun telah dapat meninggalkan kitab- kitab yang menjadi pegangan seluruh ulama.[16] 
Bab III
Penutup
A.    Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Pengertian madzhab yang telah punah di sini menurut ulama fiqh adalah mazhab tersebut tidak memiliki tokoh dan pengikut yang fanatik, sekalipun ada sebagian pendapat madzhab tersebut dianut sebagian ulama atau masya-rakat, hal tersebut hanya merupakan salah satu pendapat yang menjadi alter-natif untuk menjawab kasus tertentu. Selain itu, mazhab tersebut dinyatakan punah karena pendapatnya tidak dibukukan sehingga tidak terpublikasikan secara luas, sehingga pengikutnya pun tidak ada.
Dalam perkembangannya ada mazhan yang punah dan ada madzhab yang masih tetap eksis sampai sekarang. Madzhab yang telah punah diantaranya : madzhab Imam al-Auza’i, madzhab Imam Laits, madzhab Imam Daud bin Ali al-Ashbahani, madzhab Dhahari dan madzhab Imam ath-Thabari.
B.     Kritik dan Saran
Jika dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan dan kesa-lahan seperti penulisan huruf, ejaan, dan sebagainya, kami mengharapkan Kritik dan Saran yang bersifat Positif atau membangun. Karena pengetahuan kami sebagai penulis juga masih kurang dan juga masih dalam pembelajaran.
      Maka dari itu kami sangat berharap kritik dan saran dari segala pihak agar kami bisa mengetahui dimana kekurangan dari makalah ini.
Terima kasih atas partisipasinya semoga makalah ini berguna untuk memenuhi tugas mata kuliah pengantar ilmu fiqh. 

Daftar Pustaka
Yanggo, Huzaemah Tahido. 1997, Pengantar Perbandingan Mazhab. Jakarta: Logos
Ash-Shiddieqy, Hasbi. 1993, Pengantar Hukum Islam. Jakarta: Bulan Bintang
Bilal Philips, Abu Ameenah. 2005, Asal-Usuldan Perkembangan Fiqh, Bandung: Nusamedia dan Nuansa
Hasan, M. Ali. 1995, Perbandingan Madzhab, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Ash-Shiddieqy, Hasbi. 1967, Pengantar Hukum Islam. Jakarta: Bulan Bintang



[1] Huzaemah Tahido Yanggo, Pengantar Perbandingan mazhab,(Jakarta:Logos, 1997), hlm. 81
[2] M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Ilmu Fiqh, (Jakarta: Bulan Bintang, 1967), hlm. 128
[3] M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Ilmu Fiqh, (Jakarta: Bulan Bintang,1993), hlm. 124
[4] Huzaemah Tahido Yanggo, Pengantar Perbandingan mazhab, (Jakarta:Logos, 1997), hlm. 81
[5] M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Ilmu Fiqh, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), hlm.124-125
[6] Huzaemah Tahido Yanggo, Pengantar Perbandingan mazhab, (Jakarta:Logos, 1997), hlm 82
[7] M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Ilmu Fiqh, (Jakarta:Bulan Bintang, 1993), hlm. 125
[8] M. Ali Hasan, Perbandingan Mazhab, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 231-232
[9] Abu Ameenah Bilal Philips, Asal-Usuldan Perkembangan Fiqh, (Bandung: Nusamedia dan Nuansa, 2005), hlm. 118-119
[10] M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Ilmu Fiqh, (Jakarta:Bulan Bintang, 1967), hlm. 130-131
[11] M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Ilmu Fiqh, (Jakarta:Bulan Bintang, 1993), hlm. 127
[12] Abu Ameenah Bilal Philips, Asal-Usuldan Perkembangan Fiqh,  (Bandung: Nusamedia dan Nuansa, 2005), hlm 93-94
[13] Abu Ameenah Bilal Philips, Asal-Usuldan Perkembangan Fiqh, (Bandung: Nusamedia dan Nuansa, 2005), hlm 108-109
[14] Abu Ameenah Bilal Philips, Asal-Usuldan Perkembangan Fiqh, (Bandung: Nusamedia dan Nuansa, 2005), hlm. 106-107
[15]  M. Ali Hasan, Perbandingan Madzhab, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1995), hlm. 233
[16] M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Ilmu Fiqh, (Jakarta: Bulan Bintang, 1967), hlm. 132

2 komentar: