Daftar
Isi
Halaman Judul ................................................................................................................ i
Kata Pengantar ............................................................................................................... ii
Daftar Isi ......................................................................................................................... iii
Bab
I :
Pendahuluan
A. Latar
Belakang.........................................................................................
1
B.
Rumusan Masalah ................................................................................... 2
C. Tujuan
..................................................................................................... 2
Bab
II :
Pembahasan
A.
Pengertian Madzhab Fiqh yang Ghoiru
Mu’tabaroh .............................. 3
B.
Madzhab-Madzhab Yang telah Punah....................................................
3
1.
Madzhab Al Auza’i ......................................................................... 4
2.
Madzhab Ats Tsauri .......................................................................... 4
3.
Madzhab Al- Laitsi ........................................................................... 4
4.
Madzhab Dhahiri .............................................................................. 5
5.
Madzhab Ath Thabari ....................................................................... 6
C.
Faktor-Faktor
yang Menyebabkan Madzhab Punah................................
6
1.
Madzhab Al Auza’i ......................................................................... 6
2.
Madzhab Ats Tsauri .......................................................................... 7
3.
Madzhab Al- Laitsi ........................................................................... 7
4.
Madzhab Dhahiri .............................................................................. 8
5.
Madzhab Ath Thabari ....................................................................... 8
Bab
III : Penutup
A. Kesimpulan
............................................................................................. 9
B. Kritik
dan Saran.......................................................................................
9
Daftar
Pustaka ................................................................................................................ 10
Bab
I
Pendahuluan
A.
Latar Belakang
Perkembangan hukum Islam setelah Rasulullah SAW wafat
berkambang begitu pesat. Hal itu dikarenakan pola pikir umat Islam dalam
berpendapat tentang hukum berbeda-beda. Umat islam mengalami dilematis dalam
menetapkan hukum setelah Rasulullah wafat, karena begitu banyak ma-salah-masalah
hukum baru yang muncul yang belum ada nashnya dalam Alquran dan Hadis. Dengan
demikian mun-cullah berbagai
pendapat mengenai hukum tentang suatu hal. Dalam islam hal seperti ini dibolehkan
dengan syarat harus dimusyawarahkan dengan ulama-ulama yang lain atau de-ngan kata lain
berijtihad. Jika kita tidak mampu berijtihad dikarenakan keterbatasan
pengetahuan kita, makakita harus mengikuti ijtihad dari salah seorang mujtahid
yang ia per-cayai. Hali ini
sejalan dengan firman Allah dalam surat An-Nahlayat 42, yang artinya “
bertanyalah dari ahli zikir/ ulama jika kamu tidak mengerti”. Dari situlah
muncul hukum-hu-kum islam dari
hasil ijtihad para ulama, yang mana lahirlah yang disebut mazhab.
Dari penjelasan di atas, kami akan membahas lebih lanjut
mengenai mazhab-mazhab fiqih
yang telah punah. Yang ma-na ruang
lingkupnya meliputi : pengertian mazhab fiqih, dan mazhab-mazhab fiqih yang sudah punah. Itu lah bebe-rapa subpokok
bahasan yang akan dibahas dalam makalah ini. Selanjutkan diharapkan dengan
pembahasan tersebut dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita terutama me-ngenai
mazhab-mazhab fiqih yang masih dalam ruang ling-kup perkembangan hukum islam.
Dalam pembahasan makalah ini tentulah jauh dari kata
sempurna. Itu dikarenakan keterbatasam kami dalam menge-tahui
mmazhab-mazhab, yang mana kami hanya berpedoman pada beberapa referensi saja.
Oleh karena itu mohon koreksi dari berbagai pihak agar makalah ini dapat lebih
baik.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah
yang kami pakai adalah:
1. Apa
Yang Dimaksud dengan Madzab Fiqh Ghoiru Mu’tabaroh (Madzhab yang Telah Punah)?
2. Mazhab-Mazhab
Fiqih Siapa Saja yang Sudah Punah?
3. Apa Faktor yang Menyebabkan Madzhab
Punah?
C.
Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini
adalah:
1. Untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Fiqh.
2. Mengetahui
apa yang dimaksud dengan madzhab fiqh yang ghoiru mu’tabaroh.
3. Mengetahui
madzhab siapa saja yang telah punah.
4. Mengetahui
apa factor yang menyebabkan madzhab fiqh
punah.
Bab II
Pembahasan
A. Pengertian Madzhab Fiqh yang Ghoiru
Mu’tabaroh
Pengertian madzhab
fiqh yang Ghoiru Mu’tabaroh atau
madzhab yang telah punah menurut ulama fiqh adalah mazhab
tersebut tidak memiliki tokoh dan pengikut yang fanatik, sekalipun ada sebagian
pendapat mazhab tersebut dianut sebagian ulama atau masyarakat, hal tersebut
hanya merupakan salah satu pendapat yang menjadi alternatif untuk menjawab
kasus tertentu. Selain itu, mazhab tersebut dinyatakan punah karena pendapatnya
tidak dibukukan sehingga tidak terpublikasikan secara luas, sehingga
pengikutnya pun tidak ada.[1]
B. Madzhab-Madzhab Yang telah Punah
Madzhab-madzhab sunni yang telah
lenyap cukup banyak jumlahnya . diantara pemuka-pemuka madzhab yang telah
hilang adalah:
1.
Ibrahim ibn Khalid yang terkenal dengan
nama Abu Tsaur
2.
Abdullah ibn Syubrumah (wafat pada tahun 144 H)
3. Muhammad
ibn Abdir Rahman ibn Abi Laila (wafat pada tahun 148 H)
4. Al
Auza’I alDimasyqi (wafat pada tahun 157
H)
5. Sufyan
ats Tsauri (wafat pada tahun 161 H)
6. Al
Laits ibn Sa’ad (wafat pada tahun 175 H)
7. Syuraih
an Nakha’I (wafat pada tahun 177 H)
8. Sufyan
ibn Uyainah (wafat pada tahun 198 H)
9. Ishaq
ibn Rahawin (wafat pada tahun 238 H)
10. Daud
ibn Ali (wafat pada tahun 270 H)
11. Ibnul
Jarir ath Thabari (wafat pada tahun 310
H)[2]
Berikut
penjelasan tentang sejarah dari beberapa pe-muka mazhab ter-sebut.
1.
Madzhab
Al Auza’i
Madzhab ini didirikan oleh Al Imam Abu Amer
Abdur Rahman ibn Muhammad Al Auza’I Ad Dimasyqi. Beliau di-lahirkan di Ba’la
Bakka pada tahun 88 H. Pada akhir umurnya beliau berdiam di Bairut, dan wafat
disana pada tahun 157 H.
Beliau adalah seorang imam yang
tidak menyukai qiyas seorang pemuka hadist , dan digolongkan ke madrasah Ahli Hadist.[3]
Penduduk Syiria pada mula-mulanya bermadzhab dengan madzhab
auza’i pendapat-pendapat beliau dapat kita jumpai dalam kitab-kitab khilaf.
Kemudian madzhab Auza’i pindah ke Andalusia bersama orang-orang yang
memasukinya de-ngan pengikut Bani Umaiyyah kemudian madzhab ini surut dihadapan
Mazhab Maliki dan Syafi’i di Andalusia pada pertengahan abad 3 H .[4]
2.
Madzhab
Ats Tsauri
Madzhab ini didirikan oleh Abu Abdillah Sufyan
Ibn Sa’ad Ats Tsauri Al Kufi wafat pada tahun 161 H. beliau diakui oleh
para ulama sebagai mujtahid mutlaq.
Hanya beliau tidak mendapat pengikut yang banyak dan mazhab-nyapun punah. [5]
3.
Madzhab
Al Laitsi
Pembangun madzhab ini adalah Abu Al harits Al Laitsi
bin Sa’ad Al Fahmy, wafat pada tahun 174 H. Beliau terkenal sebagai ahli fiqh
Mesir. Al-Syafi’i mengakui bahwa al-Laits ini lebih pandai dalam soal fiqh pada
malik. Akan tetapi pengikut-pengikutnya tidak bersungguh-sungguh mengembang-kan
madzhabnya sehingga lenyap. Madzhab al-Laits lenyap pada pertengahan abad ke-3
H.[6]
4.
Madzhab
Dhahiri
Pendiri madzhab ini adalah Abu Sulaiman Al Asfahani Adh Dhahiri,
yang kemudian dikenal dengan nama Dawud bin Ali. Beliau dilahirkan di Kufah tahun 202 H dan wafat di
Baghdad tahun 270.
Mula-mula beliau bermazhab Syafi’i dan amat teguh me-megang
hadist. Sedangkan ayahnya bermazhab Hanafi, na-mun pada akhirnya beliau
menentang mazhab Syafi’i, karena mazhab Syafi’i mempergunakan qiyas dan
meman-dangnya sebagai sumber hukum. Daud pernah berkata; “Saya telah
mempelajari dalil-dalil yang dipergunakan oleh asy-Syafi’i untuk menentang
istihsan, maka saya dapati bahwa dalil-dalil tersebut membatalkan qiyas.”[7]
Beliau berpendapat, bahwa nash-nash yang
dipergunakan oleh alur Ra’yu dalam memandang qiyas sebagai dasar hukum, adalah
berguna di waktu tidak ada sesuatu nash dari Kitabullah atau Sunnah Rosul dan beliau berpendapat,
bahwa apabila kita tidak memperoleh nash dari al-Qur’an dan Sunnah, maka
hendaklah kita memusyawarahkan hal itu dengan para ulama, bukan kita berpegang
kepada pendapat ijtihad sendiri.[8]
Adapun dasar dari mazhab Dharini
adalah:
1) Al-Qur’an
dan Sunnah
2) Ijma’
para sahabat
3) Qiyas
[9]
Di antara para ulama besar yang membela dan
mem-pertahankan madzhab ini adalah Abu Muhammad Ali ibn Hazm Al Andalusi, wafat
pada tahun 456 H. Beliau inilah yang telah membukukan madzhab Dhahiri dan telah
menulis beberapa buku besar baik dalam bidang Ushul maupun dalam bidang furu’.
Dalam bidang ushul beliau menulis kitab Ushul Ihkam Li Ushulil Ahkam sedang
dalam bidang fiqh beliau menulis Al-Muhalla.
Kedua kitab ini tinggi nilainya,[10]
5.
Madzhab
Ath Thabari
Pembangun madzhab ini adalah Abu
Ja’far Muhammad ibn Jarir Ath Thabari. Beliau dilahirkan dalam tahun 224 H.,
wafat di Baghdad dalam tahun 310 H.
Beliau terkenal sebagai seorang
mujtahid, ahli sejarah dan ahli Tafsir. Mula-mulanya beliau mempelajari fiqh
Asy Syafi’i dan Malik serta fiqh Ulama Kufah, kemudian mem-bentuk madzhab
sendiri yang berkembang di Baghdad. Di an-tara pengikutnya, adalah Abul Farj An
Nahrawani. Madzhab-nya lenyap pada pertengahan abad ke-5 H.
Walaupun beliau ini tidak dapat
meninggalkan madzhab-nya yang berkembang namun telah dapat meninggalkan kitab-
kitab yang menjadi pegangan seluruh ulama. Diantaranya Tarikh Ath Thabari, Tafsir Ath Thabari dan Ikhtilaful Fuqaha’.
Diantara pendapat beliau adalah
membolehkan wanita menjadi hakim.[11]
C.
Faktor-Faktor yang Menyebabkan
Madzhab Punah
Adapun
factor-faktor penyebab musnahnya madzhab fiqh yaitu:
1)
Madzhab
Al Auza’i
Madzhab Auza’i menjadi yang utama
di Syiriah hingga abad ke 10, yaitu ketika Abu Zar’ah Muhamad bin Usman dari
madzhab Syafi’i diangkat sebagai hakim di Damaskus. Abu Zar’ah senantiasa
memberikan hadiah uang tunai sebesar 100 dinar bagi siapa pun yang sanggup
menghafal buku Mukhtasr Al-Muzammi,
(buku pokok fiqh Syafi’i). Secara alamiah, praktek ini menyebabkan madzhab
Syafi’i tersebar luar secara cepat di Syiria dan jumlah para pengikut madzhab
ini secara perlahan trus berkurang hingga abad ke-11 ketika tidak seorangpun
yang mengatut madzhab ini.[12]
2)
Madzhab
Ats Tsauri
Dua factor utama yang menyebaabkan punahnya madzhab
Tsauri yaitu:
a) Imam
Sufyan ats-Tsauri menghabiskan sebagian besar hidupnya dalam persembunyian
sehingga tidak bisa me-narik sejumlah besar murit-murit yang mungkin bisa
me-nyebarkan pendapatnya.
b) Meskipun
imam Tsauri mampu menyelesaikan beberapa kompilasi hadist secara memadai
beserta interpretasinya atas kehendaknya sendiri ia meminta kepada murid
uta-manya, Ammar bin Saif, agar menghapus semua tulisan-nya dan membakar semua
tulisan yang tidak bisa di hapus.[13]
3)
Madzhab
Al Laitsi
Madzhab Al Laits punah setelah ia
meninggal pada tahun 791 M karena factor-faktor sebagai berikut:
a) Imam
al-Laits tidak mencatat, menyusun, atau mengan-jurkan kepada para pengikutnya
untuk mencatat pendapat-pendapatnya tentang hukum beserta dalil-dalilnya yang
sesuai dengan penafsiran terhadap al-Qur’an, Sunnah dan pendapat para sahabat.
b) Jumlah
murid Imam Laits sangat sedikit dan tidak seorang pun yang menjadi ahli fiqh
terkemuka, dan karena tidak satu pun dari mereka yang menjadi ahli fiqh.
c) Imam
Syafi’i, salah satu dari sekian ulama besar fiqh, berdiam di Mesir segera
sesudah wafatnya Imam Al Laits dan mazhabnya secara cepat menggantikan mazhab
Laitsi.[14]
4)
Madzhab
Dhahiri
Pada abad ke-5 Madzhab Ahmad
mempunyai kedudukan yang kuat dan mengalahkan madzhab Dhahiri. Pada masa sinar
cahaya madzhab ini pudar di sebelah Timur, pada masa itulah dia bersinar kuat
di Andalusia, di pancarkan oleh Ibn Hazm. Jadi sewaktu madzhab Hambali dengan usaha
Abu Ya’la mengalahkan madzhab Daud di bagian Timur, pada waktu itu pulahlah Ibn
Hazm memancarkan sinarnya di bagian barat.[15]
5)
Madzhab
Ath Thabari
Beliau ini tidak dapat meninggalkan
madzhabnya yang berkembang namun telah dapat meninggalkan kitab- kitab yang
menjadi pegangan seluruh ulama.[16]
Bab
III
Penutup
A.
Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
Pengertian madzhab yang telah punah di sini menurut ulama fiqh adalah
mazhab tersebut tidak memiliki tokoh dan pengikut yang fanatik, sekalipun ada
sebagian pendapat madzhab
tersebut dianut sebagian ulama atau masya-rakat, hal tersebut hanya merupakan salah satu pendapat
yang menjadi alter-natif
untuk menjawab kasus tertentu. Selain itu, mazhab tersebut dinyatakan punah
karena pendapatnya tidak dibukukan sehingga tidak terpublikasikan secara luas,
sehingga pengikutnya pun tidak ada.
Dalam perkembangannya ada mazhan yang punah dan ada madzhab yang masih
tetap eksis sampai sekarang. Madzhab yang telah
punah diantaranya : madzhab Imam
al-Auza’i, madzhab Imam
Laits, madzhab Imam Daud
bin Ali al-Ashbahani, madzhab Dhahari dan
madzhab Imam
ath-Thabari.
B.
Kritik
dan Saran
Jika
dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan dan kesa-lahan seperti penulisan
huruf, ejaan, dan sebagainya, kami mengharapkan Kritik dan Saran yang bersifat
Positif atau membangun. Karena pengetahuan kami sebagai penulis juga masih
kurang dan juga masih dalam pembelajaran.
Maka dari itu kami
sangat berharap kritik dan saran dari segala pihak agar kami bisa mengetahui
dimana kekurangan dari makalah ini.
Terima kasih atas partisipasinya
semoga makalah ini berguna untuk memenuhi tugas mata kuliah pengantar ilmu
fiqh.
Daftar
Pustaka
Yanggo,
Huzaemah Tahido.
1997, Pengantar Perbandingan
Mazhab. Jakarta: Logos
Ash-Shiddieqy, Hasbi. 1993, Pengantar Hukum Islam. Jakarta: Bulan
Bintang
Bilal
Philips, Abu Ameenah. 2005, Asal-Usuldan
Perkembangan Fiqh, Bandung: Nusamedia dan Nuansa
Hasan,
M. Ali. 1995, Perbandingan Madzhab,
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Ash-Shiddieqy, Hasbi. 1967, Pengantar Hukum Islam. Jakarta: Bulan
Bintang
[1]
Huzaemah Tahido Yanggo, Pengantar Perbandingan
mazhab,(Jakarta:Logos, 1997), hlm. 81
[2] M.
Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Ilmu Fiqh,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1967), hlm. 128
[3]
M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Ilmu
Fiqh, (Jakarta: Bulan Bintang,1993), hlm. 124
[4]
Huzaemah Tahido Yanggo, Pengantar
Perbandingan mazhab, (Jakarta:Logos, 1997), hlm. 81
[5] M.
Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Ilmu Fiqh,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1993), hlm.124-125
[6]
Huzaemah Tahido Yanggo, Pengantar
Perbandingan mazhab, (Jakarta:Logos, 1997), hlm 82
[7] M.
Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Ilmu Fiqh,
(Jakarta:Bulan Bintang, 1993), hlm. 125
[8] M.
Ali Hasan, Perbandingan Mazhab,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 231-232
[9]
Abu Ameenah Bilal Philips, Asal-Usuldan
Perkembangan Fiqh, (Bandung: Nusamedia dan Nuansa, 2005), hlm. 118-119
[10]
M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Ilmu
Fiqh, (Jakarta:Bulan Bintang, 1967), hlm. 130-131
[11]
M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Ilmu
Fiqh, (Jakarta:Bulan Bintang, 1993), hlm. 127
[12]
Abu Ameenah Bilal Philips, Asal-Usuldan
Perkembangan Fiqh, (Bandung: Nusamedia
dan Nuansa, 2005), hlm 93-94
[13]
Abu Ameenah Bilal Philips, Asal-Usuldan
Perkembangan Fiqh, (Bandung: Nusamedia dan Nuansa, 2005), hlm 108-109
[14]
Abu Ameenah Bilal Philips, Asal-Usuldan
Perkembangan Fiqh, (Bandung: Nusamedia dan Nuansa, 2005), hlm. 106-107
[15] M. Ali Hasan, Perbandingan Madzhab, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1995),
hlm. 233
[16]
M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Ilmu
Fiqh, (Jakarta: Bulan Bintang, 1967), hlm. 132
Izin copas untuk referensi ya kak :)
BalasHapusizin copas ya untuk tugas hehe
BalasHapus